Tak terasa ya tahun
2017 akan segera berakhir, sebentar lagi kita akan bertemu dengan tahun masehi
yang baru tahun 2018. Agenda apa nih yang sudah direncanakan untuk menyambut malam
tutup tahun? daki gunung? kemah di bibir pantai? ke luar negeri? pesta musik? ikut
pengajian? Atau cuma nonton TV di rumah? Yang jomblo pasti milihnya yang
terakhir. Ya khan? Hehehe..
Tahun lalu saya tidak
punya banyak pilihan untuk menghabiskan akhir tahun bersama keluarga. Istri
agak sedikit galau dengan kondisinya yang baru saja melahirkan bayi kami yang
pertama yang waktu itu belum genap satu tahun. Mau keluar malam kasian dengan
kondisi fisik bayi yang belum begitu akrab dengan angin malam.
Saya ingat betul waktu
itu sayup-sayup saya lihat wajah istri yang setengah harap.
Istri : Yah, beneran kita gak ada agenda akhir tahun
ini? Pengen banget liat suasana malam, liat kembang api, makan jagung bakar...huuu
piye gitu..
Me : Piye gimana hehehe, Ayah sih pengen tapi kita
ngalah dulu ya sama bayi. Kesian kalo harus diajak keluar malam, belum saatnya...
Istri : Iyaa yah. sejak menikah 2015 kita belum pernah
ngerasain indahnya malam tutup tahun. Tahun 2015 aku hamil besar, tahun ini
anak masih kecil. Mudah-mudahan akhir tahun 2017 Allah kasih kesempatan ya...
Me : Aamiin...(ngejawab singkat biar ngarepnya
istri gak kepanjangan hehehe)
Dua tahun belakangan
saya dan keluarga hanya menghabiskan pesta tutup tahun di rumah saja. Mau
berkumpul dengan keluarga besar istri tapi jauh di Kolaka (bagian tenggaranya
Sulawesi), mau berkumpul dengan keluarga besar saya tapi jauh juga di Bengkulu
(bagian selatannya Sumatera). Yahh sebagai keluarga perantauan di tanah Jawa kami
betul-betul tidak punya banyak pilihan. Akhirnya saya dan istri memutuskan
untuk nonton TV saja sambil nyemil pizza buatan istri, kemudian mendiskusikan resolusi
atau mimpi-mimpi kami di tahun yang akan datang.
Mengawali tahun baru,
biasanya banyak orang tidak mau melewati momen untuk mengevaluasi dirinya di
tahun belakang lalu mengabadikan doa-doa sederhana untuk masa yang akan datang
termasuk saya juga lho..! :D
Tak jarang ada orang yang
memiliki mimpi besar bahkan tak sedikit juga ada orang yang tak memiliki mimpi
apa-apa. Kata mereka “biarkan hidup mengalir apa adanya jadi gak usah banyak
ngarepnya, let it flow”.Hhhmmm..(untuk tipe orang yang terakhir ini saya
kurang setuju ^o^).
Bagi saya punya mimpi
itu wajib meski ukuran mimpi itu relatif. Saya tidak bisa membayangkan hidup
saya tanpa mimpi, tanpa cita-cita, tanpa harapan. Seperti orang yang hidupnya
tanpa arah dan tidak punya semangat juang. Karena saya menganggap mimpi itu
motivasi, sesuatu yang pantas untuk dicapai dan sesuatu yang pantas untuk
diraih. Right?
Orang yang punya mimpi
hidupnya pasti punya target, punya tanggung jawab, punya arah yang akan dituju
sehingga ada semangat dalam dirinya dalam menggapai cita-cita yang diazzamkan. We
will never know, before we do so...
Saya sendiri berusaha
untuk tidak menjadi perahu kertas yang berlayar tanpa kemudi, tanpa layar,
tanpa dayung, tanpa mesin, yang terombang ambing kadang tersangkut, kadang terbentur
bebatuan, bahkan kadang diam ditempat jika tak ada angin dan tak ada arus.
Hehehe....
Pernah bermimpi lalu
mimpinya terwujud tanpa melakukan usaha apa-apa? Impossible banget ya...hehehe.. Selama saya hidup dari jaman baheula sampai jaman now, saya belum pernah mendengarkan kisah dongeng yang demikian
lucunya. Karena bagi saya mimpi tanpa usaha itu nol besar, ibarat ada laki-laki
mau nikahin cewek tapi gak ngelakuin apa-apa cuman bisa ngarep doang. ending-nya nikah kagak, gila iya,.. hihihihi..
“Berani bermimpi maka berani untuk berusaha, semakin besar mimpi maka semakin besar usaha yang harus dilakukan” (arief jk).
Mungkin bagi sebagian
orang menganggap mimpi besar saya hanyalah “mimpi recehan”. Karena memang
ukuran mimpi itu relatif, semua orang punya nilai pandang tersendiri. Sebuah
pengalaman yang mau saya bagi dimulai sewaktu SMA saya pernah disingkirkan
menjadi bagian group vokal yang saya idamkan, waktu ada kompetisi saya gagal
lulus seleksi masuk ke dalam group, nyesek banget... Apalgi waktu dengar berita
mereka juara 2 antar SMA, bukannya bahagia tapi hati saya semakin gondok. Dalam
hati, “Kenapa saya tidak bisa di posisi
mereka? Apa suara saya sebegitu jeleknya? Mulai saat itu saya bertekad
untuk beresolusi, suatu saat saya akan buktikan kalau saya memang pantas di
posisi itu”.
Apakah mimpi saya itu
terhenti? Tidak. Meski tertunda 12 tahun kemudian Allah jawab mimpi saya. Saya
buat lagu sendiri, masuk ke studio recording
kemudian lagu saya diterima di sebuah komunitas di Jawa Tengah yang saat
itu sedang ada project buat album “Show Your Love”. Alhamdulillah banget
lagu saya berada di playlist no. 1 di album tersebut dan starting point bagi saya untuk menjadi penyanyi profesional yang
saat itu dimulai dari mengisi event-event
wedding.
12 tahun bukan tanpa
usaha, melatih diri, sering nyanyi di event-event kecil yang kadang tidak dapat
bayaran bahkan pernah diusir serta memperluas jaringan yang tiada henti saya
lakukan. Seandainya saat itu saya tidak mempunyai motivasi yang kuat, mungkin
sudah lama saya tinggalkan mimpi ini. Dont give up just because it failed at the
first opportunity. Something precious you will not have it easily. Keep trying!
Ada beberapa resolusi lainnya
yang sudah saya raih dengan kerja keras dan Alhamdulillah berhasil dengan ijin-Nya diantaranya : menikah sesuai target usia dan beli rumah sendiri. hehehe.
tapi di balik keberhasilan sudah tentu ada juga kegagalan yang saya capai, yang betul-betul saya impikan
sejak dulu bahwa saya tidak di terima kerja di Bank Indonesia yang sebagian
besar anak bangsa bermimpi untuk masuk ke sana. Perjuangan dari awal hingga
gagal di tahap wawancara akhir membuat saya harus mengubur dalam-dalam mimpi yang satu
ini karena usia yang tak lagi muda untuk diterima di Bank Sentral tersebut.
Meski begitu saya
sangat bersyukur sampai saat ini masih dipercayakan memegang amanah sebagai
Staf Human Resources di sebuah perusahaan milik yayasan Bank Indonesia. Yahhh sedikit
banyaknya adalah bau-bau Bank Indonesianya juga. Hahaha...
Bagi saya ketika berani
bermimpi harus berani juga untuk menerima kegagalan. Meski gagal itu sukses
yang tertunda jadi kudu tetap usaha sampai Allah kasian ngeliat usaha saya dan
akhirnya dikabulkan hehehe...
Bermimpilah
sebanyak-banyaknya karena terkadang tidak semua mimpi bisa kita raih, bisa
gagal, bisa juga Allah tunda kedatangannya tapi bisa juga Allah ganti dengan yang
lain. Di akhir tahun 2017 ini adalah momen yang pas untuk merencanakan resolusi
di tahun 2018. Ada beberapa keinginan saya dan istri belum tercapai di Tahun
2017, salah satunya adalah memiliki
bisnis keluarga yang sukses.
Jauh sejak kami menikah,
kami sudah memimpikan punya bisnis keluarga, punya rumah sendiri, punya mobil
dan sebagainya. Tapi yang baru tercapai hanya memiliki rumah sendiri. Sedangkan
harapan lainnya harus tertunda dulu karena memang bukan resolusi yang paling
prioritas bagi kami di tahun 2017.
Selain bisnis keluarga,
saya juga mendambakan 2 poin resolusi yang ingin dicapai di tahun 2018. Apakah
itu? yappss saya bertekad untuk menambah
hafalan quran dan travelling ke
lombok yang tertunda.
Sebagai seorang muslim
kadang rasa malu tiba-tiba begitu menusuk hati, nusuknya itu nusuk banget ketika
melihat tontonan anak-anak kecil yang baru berumur 5 tahun tapi sudah hafal 30
juz, ada yang sudah hafal 20-an juz, ada yang agak tua-an dikit 7 tahun hafal
28 juz. Nah saya yang udah tua banget dari mereka udah brp juz? jangan di tanya
ya.. wkwkwk
Yang pasti saya belum
sebanyak adik-adik spesial tersebut. Dengan otak yang sudah terkontaminasi
banyak hal, saya harus ekstra keras untuk mewujudkan resolusi yang kedua ini. Doain
yak :D
Lanjut ke resolusi yang
ketiga, meski kemaren sempat tertukar dengan travelling ke luar negeri, tahun ini
saya tetap menjadikan travelling ke lombok sebagai resolusi pamungkas di tahun
2018. Hal-hal indah yang menggelitik saya agar berkunjung kesana untuk sekedar
refreshing dari pekerjaan yang begitu kompleks atau sekedar jalan-jalan dan yang
paling penting untuk menikmati indahnya karunia Allah lewat alam yang indah.
Saya akui cerita provokatif dari istri yang nyuri start berkunjung kesana duluan begitu membakar semangat saya. Nginap dihotel bintang 5 gratis, makan enak gratis, nikmati keindahan bawah laut gratis, ngunjungin pulau-pulau yang menggemaskan. Waaw banget kan? secara waktu itu dia diundang spesial oleh pihak Dinas Pariwisata setempat mewakili bisnis tour travel yang ia kelola bersama teman-temannya. Whatever-lah ya mau gratis mau bayar, kalau sudah terprovokasi maka resolusi yang ketiga ini harus saya perjuangkan,.. semangat..!!!
Nah untuk membangun
resolusi memang tidak mudah, harus benar-benar disiapkan dengan matang mulai
dari planning sampai pada tahap eksekusi. Dari sekian banyak resolusi, saya
selalu membaginya dalam beberapa tahap :
- Tahap realistis
- Tahap prioritas
- Tahap perencanaan
Pada tahap ini saya dan istri mengelompokkan beberapa list resolusi berdasarkan seberapa realistiskah untuk dicapai di tahun 2017 dengan mengukur kemampuan tenaga, penghasilan dan waktu yang kami punya. Yang realistis akan kami selektif kembali dan yang kurang atau yang tidak realistis kami buang saja.
Pada tahap ini saya dan istri selalu mengurutkan daftar resolusi yang ingin kami capai mulai dari yang terpenting sampai ke resolusi yang tidak begitu penting. Misalnya resolusi beli rumah sendiri di tahun 2017 kami posisikan yang paling atas karena rumah bagi kami kebutuhan yang primer banget, kalau ngontrak biayanya naik tiap tahun dan capek juga buat pindah-pindah. Kebayang kayak kucing beranak. Hahaha...
Sedangkan traveling ke Lombok di tahun 2017 kami urutkan resolusi paling bawah. Syukurnya diganti sama Allah, travellingnya bukan ke lombok tapi ke Malaysia dan Singapore. Hihihi...
Nah sampai pada tahap ini kami mulai menyusun strategi. Kapan kami harus memulai dan bagaimana kami harus memulai. Mulai dari planning sampai finishing.
Saat ini cuaca sedang
tidak menentu, sebentar-sebentar hujan, sebentar-sebentar angin, telat sedikit
saja tidak peduli dengan kondisi daya tahan tubuh bisa-bisa tumbang. Saya termasuk
orang yang tidak rela melewatkan momen-momen penting dalam hidup apalagi harus
kehilangan kesempatan saat deadline resolusi hampir tiba...
Saya ingat, akhir
oktober lalu saya diamanahkan sang istri untuk menjalankan tugasnya membawa rombongan
Dinas Pendidikan travelling ke Malaysia dan Singapore selama 3 hari 2 malam. Tak
mau kehilangan momen sayapun menyanggupinya. Kapan lagi ya kan jalan-jalan
gratis, semuanya serba gratis trus dapat tips lagi. Hihihi...
Tapi kekhawatiran saya
muncul saat musim hujan belum juga mereda, semakin mendekati keberangkatan
semakin dag dig dug,.. sempat terpikir dalam hayalan di Malaysia dan Spore
hujan gak ya, kalau hujan masa iya liburan kesana harus pake payung atau pake raincoat? Enggak banget yak.. kebayang pas
foto di gedung petronas atau pas di merlion gitu semua rombongan berjejer pake raincoat ada yang pegang payung, ada
yang pose menggigil, ada yang pose gigit jari, ada yang pose berpelukan satu
sama lain karena kedinginan, ohhh my god. it’s not funny.
Sungguh kekhawatiran saya
semakin menggila saat h-3 keberangkatan hidung mulai meler, stres luar biasa rasa
takut gagal travelling, kalaupun jadi berangkat mulai kebayang masuk imigrasi
Spore yang super ketat itu. Karena di tahun sebelumnya saya pernah diintrogasi selama
2 jam tanpa tau kesalahan saya apa apalagi kalau jelas-jelas bawa penyakit
mungkin saya bakal ditahan lama atau buruknya disuruh pulang ke Indonesia. Haduhhh
jangan dong ya.. Mumpung masih ada waktu dan tak mau kehilangan momen, akhirnya
saya mengonsumsi multivitamin Theragran-M. karena Theragran-M merupakan vitamin yang bagus untuk mempercepat masa penyembuhan dan Alhamdulillah setelah mengonsumsi Theragran-M badan saya
kembali fit saat hari keberangkatan tiba dan syukurnya saat di Malaysia dan Spore cuaca terang benderang jadi pikiran negatif saya sebelumnya terkubur dalam-dalam.
hehehe...
Saya pilih Theragran-M karena cocok banget sama tubuh saya dan keluarga ditambah dengan pekerjaan
kantor yang begitu kompleks. Sungguh kehadiran Theragran-M di tengah-tengah
keluarga kami sangat membantu. Kabar baiknya lagi terpampang logo HALAL di kemasannya. Saya jadi tambah gak ragu sama sekali untuk mengonsumsinya. Selain itu ada
beberapa keunggulan dari multivitamin ini antara lain :
- Theragran-M sudah diresepkan oleh para dokter selama 40 tahun (sejak tahun 1976).
- Kombinasi Multivitamin (Vit A, Vit B, Vit C, Vit D, Vit E) dan Mineral esensial (seperti Magnesium dan Zinc) di dalam Theragran-M terbukti meningkatkan, mengembalikan dan menjaga daya tahan tubuh, serta mempercepat proses penyembuhan.
- Cocok untuk masa penyembuhan berbagai jenis sakit yang membutuhkan dukungan daya tahan tubuh yang maksimal.
Agar tak kehilangan
momen berharga di tahun 2018 karena tubuh gak fit, makanya saya dan keluarga
selalu mengonsumsinya baik saat sehat maupun saat masa penyembuhan tapi kalau
hanya mengonsumsi multivitamin saja belum begitu cukup untuk mensupport kesehatan tubuh keluarga. Untuk
itu selalu jaga waktu makan agar lebih teratur, olahraga rutin dan istirahat
yang cukup. Karena sehat itu mahal dan penting. Setuju? Kalaupun Allah kasih sakit, sakitnya jangan kelamaan ya! keburu momen penting dalam hidup terlewatkan jadi jangan lupa untuk selalu konsumsi Theragran-M.
Nah itu dia pengalaman
resolusi yang pernah saya alami dari beberapa tahun ke belakang. Rasanya sudah
tidak sabar untuk mengeksekusi resolusi di tahun 2018 bersama istri. Bagaimana
dengan pengalaman resolusi yang pernah kalian alami? Ada yang tercapai? Ada
yang gagal? Lalu apa resolusi kalian di tahun 2018. Share juga dong ^^,..
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh
|
#TheragranM
#My2018Resolution