Didik Anak Jaman “Now”, Jangan “Sembrono”

June 07, 2022



“Anak itu salah satu rejeki dari Tuhan,
Tuhan bisa ngasihnya cepat, bisa lama atau bisa juga ditukar dengan rejeki yang lain.”

==================================================================================

Yesss,.. saya pikir semua pasangan yang sudah menikah sehati dengan “quote” yang satu ini. Begitu bermakna meskipun serdahana.

Anak memang rejeki dari Tuhan. Kalau berbicara masalah rejeki, tugas kita hanya bisa berusaha dan berdoa saja lalu hasilnya Tuhan yang putuskan, karena rejeki itu bisa datangnya cepat, bisa datangnya lama atau bisa ditukar dengan rejeki-rejeki yang lain.

Lihat saja realitanya, banyak pasangan yang pengen cepat punya anak tapi harus menunggu dulu bertahun-tahun, bahkan tidak sedikit juga pasangan yang harus berobat dulu ke sana-sini ngabisin uang berpeti-peti tapi hasilnya juga tak pasti. Dan anehnya, ketika ada pasangan yang melakukan hubungan yang tak resmi begitu cepat Tuhan beri. Kadang diluar logika tapi inilah bukti segala ketentuan dari Yang Maha Kuasa.

Pesannya sederhana, jika kita termasuk pasangan yang diamanahkan oleh Tuhan seorang anak, maka syukurilah, didiklah, rawatlah, dan jagalah ia dengan sepenuh jiwa, karena diluar sana begitu banyak pasangan yang tak seberuntung kita. Jangan sampai kita yang sudah diamanahkan ini menjadi lalai, abai ataupun cupai terhadap anak sendiri. Lalu menyesal saat ia tumbuh menjadi anak jaman “now” namun bertingkah “sembrono”.


“Beda masa, beda rasa”
“ Beda era, beda selera”

==================================================================================

Kalimat yang pas untuk memvisualisasikan kehidupan anak sekolah jaman dulu dengan jaman sekarang. Begitu banyak tulisan-tulisan atau meme-meme yang mendeskripsikan perbedaan kedua masa tersebut. Ada yang bilang anak sekolah jaman dulu kampungan, enggak tau main komputer, belum kenal sama gadget, butuh ilmu harus ke toko buku, ke perpustakaan atau ke taman baca. Dan masih banyak lagi....

Lihat di era sekarang, lebih canggih, teknologi selalu update, laptop dan gadget bukan lagi termasuk sebuah barang yang mewah karena semua usia sudah bisa beli dan ahli mengoperasikannya, bahkan tidak sedikit anak sekolah jaman sekarang yang dibelikan orang tuanya lebih dari satu gadget. Mencari ilmu jaman sekarang lebih mudah, apa-apa tinggal browsing, tidak perlu beli buku atau ke perpustakaan lagi. Dan masih banyak lagi....

Anak sekolah jaman sekarang begitu bebas mengeksplor dunia luar tanpa batas. Kecanggihan teknologi yang apabila tidak bisa dikontrol dan diawasi langsung oleh orang tua maka bisa jadi teknologi itu sendiri akan bermetafor menjadi monster menakutkan atau virus mematikan yang dapat merusak masa depan dan pendidikan karakter anak.

Pernah dengar kasus viral sebagai berikut :

  • -       Anak SD menghamili siswi SMP
  • -       Anak kecanduan gadget
  • -       Anak ikut tawarun
  • -       Anak ikut gangster motor
  • -       Anak terlibat kasus pembegalan
  • -       Anak terlibat kasus bom bunuh diri
  • -       Anak tertangkap kasus NAPZA
  • -       Anak umur 14 tahun nikah muda
  • -       Dan lain-lain

Miris?

Saya sebagai ayda (ayah muda) miris sekaligus khawatir. Saat ini kasus anak sekolah begitu beragam, begitu kompleks dan sangat sering terjadi bila dibandingkan dengan masa-masa terdahulunya.

Apakah ada hubungannya dengan perkembangan jaman dan teknologi?

Menurut saya sih ada hubungannya. Logikanya, anak sekolah jaman sekarang lebih akrab dengan gadget dan dunia internet yang mereka bisa eksplor tentang apa saja, kapan saja, dan dimana saja. Dan bagi sebagian dari mereka, hal itu lebih menarik ketimbang harus menghabiskan waktu mengobrol dan berdiskusi dengan orang tuanya sendiri. Lebih parahnya, ada juga orang tua yang justru mendukung kegilaan anaknya menghabiskan waktu untuk mengadopsi secara mentah apa yang ia dapatkan dari gadget dan internet.

Kebayang kalau anak sekolah sudah kecanduan nonton film pornografi, buka situs gangster, video kekerasan dan lain sebagainya. Maka wajar kalau kasus kriminal yang melibatkan anak sekolah jaman sekarang semakin banyak dan semakin beragam.

Lalu siapa yang lebih bertanggung jawab?


Design by ariefjefi.com
Menurut hemat saya, kasus yang melibatkan anak saat ini tetap menjadi tanggung jawab orang tua, karena orang tua harus terlibat langsung dalam pendidikan karakter anak baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Tiga lingkungan inilah yang sesungguhnya memberikan kontribusi nyata pada pendidikan karakter anak.





Pada kesempatan kali ini saya kembali mengajak kepada para orang tua yang beruntung diamanahkan seorang anak. Didiklah dan binalah ia menjadi generasi keluarga yang baik. Awasi mereka dalam pergaulan sehari-hari, kontrol mereka dalam menggunakan teknologi, jangan sampai mereka mengeksplor dunia luar lebih jauh yang bisa memberikan efek buruk pada masa depannya nanti.

Saya yakin, bila orang tua dapat memberikan pemahaman kepada anaknya mengenai penggunaan teknologi yang tepat guna, pasti anak-anak bisa menggunakannya secara bijak, kreatifitasnya bisa tumbuh dengan baik, mereka bisa memilih sendiri ilmu-ilmu yang menurutnya pantas bahkan lebih jauh mereka bisa memberikan kontribusi positif buat keluarga bahkan buat bangsa dan negaranya dengan ilmu-ilmu baru yang mereka kelola.

Mendorong budaya literasi sejak dini (dokumen pribadi)
Menanamkan pendidikan IMTAQ sejak dini (dokumen pribadi)
Edukasi menyayangi makhluk lain sejak dini (dokumen peribadi)
Edukasi hidup sehat (dokumen pribadi)
Edukasi kemampuan bersosialisasi dengan teman baru (dokumen pribadi)

Saya dan istri pun punya harapan besar kepada anak kami yang saat ini masih berusia 2 tahun 4 bulan. Namanya Elmisky. Inilah saat yang tepat bagi kami mempersiapkan pendidikan Elmisky secara matang. Mulai dengan memperkenalkan hal-hal yang positif agar pada saat yang tepat nanti, ketika ia mulai bersentuhan dengan dunia luar, ia sudah bisa mengontrol dirinya sendiri.

Kami berangsur-angsur memberikan edukasi tentang akidah dengan mengajarkannya cara sholat dan berdoa, mengajarkannya agar menyukai buku, mengurangi tontonan program TV yang kurang edukatif, mencegah kecanduan gadget sejak dini, edukasi hidup sehat dengan berolahraga, mendorongnya agar mau bersosialisasi dengan orang lain, menyukai binatang dan lain sebagainya.

Lebih jauh saya dan istri betul-betul tidak ingin menyia-nyiakan amanah Tuhan untuk mendidik dan merawat Elmisky, karena kami tahu amanah yang kami terima ini bukan sekedar untuk meneruskan estafet perjuangan kami sebagai orang tua, tapi juga kami anggap sebagai aset surga. Seperti yang disampaikan dalam ajaran agama yang kami yakini (islam).

“Jika wafat anak cucu Adam, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga: Sadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang selalu mendoakannya.” 
(HR. Muslim)

Meskipun di luar sana banyaknya dan kuatnya godaan kemajuan teknologi dan komunikasi yang siap menghantarkan anak kita ke jurang kehancuran. Saya yakin dan percaya bila seluruh orang tua betul-betul memahami bahwa anak adalah generasi keluarga dan aset surga yang dijanjikan Tuhan, maka tidak akan ada orang tua yang mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka pasti betul-betul fokus untuk terlibat langsung dalam mendidik dan merawat anaknya secara maksimal agar nanti ia mampu menjadi generasi keluarga dan aset surga yang berkualitas.




Bagi semua orang tua yang sudah menyadari tentang pentingnya pendidikan karakter anak, mari kita bersama-sama mengevaluasi diri sudah sejauh mana kita terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan anak?

Untuk orang tua yang sudah menjalankannya secara maksimal saya mendoakan semoga anaknya bisa tumbuh menjadi generasi keluarga dan aset surga yang berkualitas. Dan bagi orang tua yang belum tahu bagaimana cara terlibat langsung dalam penyelenggaraan pendidikan anak, berikut saya membagikannya sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 30 Tahun 2017...
Bentuk pelibatan keluarga di lingkungan keluarga (infografis by ariefjefi.com)


Bentuk pelibatan keluarga di lingkungan sekolah (infografis by ariefjefi.com)


Bentuk pelibatan keluarga di lingkungan masyarakat (infografis by ariefjefi.com)
Terlibatnya orang tua dalam penyelenggaran pendidikan anak bukan tiada ada alasan, Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sudah menyusunnya dengan tujuan :


  1. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama antara Satuan Pendidikan, Keluarga, dan Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pendidikan; 
  2. Mendorong Penguatan Pendidikan Karakter Anak; 
  3. Meningkatkan kepedulian Keluarga terhadap pendidikan Anak; 
  4. Mmembangun sinergitas antara Satuan Pendidikan, Keluarga, dan Masyarakat; dan 
  5. Mewujudkan lingkungan Satuan Pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan.
Lebih detailnya, teman-teman bisa mengunjungi alamat website berikut, begitu banyak artikel-artikel, berita, infografis, info kegiatan, dan ada juga forum diskusi sahabat keluarga yang sangat membantu orang tua dalam mendidikan karakter anak di jaman kekinian. check it out.. !!!


Dan akhir kata, semoga kita semua sebagai orang tua dapat terlibat langsung dalam penyelenggaraan pendidikan anak sehingga apa yang sudah menjadi harapan dan cita-cita keluarga bahwa anak mampu menjadi generasi keluarga dan aset surga yang berkualitas bisa tercapai dengan sempurna.

Terima kasih sudah membaca tulisan ini. Jika teman-teman punya pandangan lain tentang keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak. Boleh share dong ya,..😉 saya tunggu pandangan teman-teman di kolom komentar di bawah ini.. hehehe...



You Might Also Like

0 komentar

Subscribe